ag03s.blogspot.com - Dilansir dari Kompas.com, Raeni, anak pengayuh becak asal Kendal, Jawa Tengah, yang menjadi wisudawati terbaik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96 di Universitas Negeri Semarang (Unnes) tahun 2014, kembali menjadi perbincangan.
Sebab, anak dari pasangan Mugiyono (59) dan Sujamah (56) tersebut kembali mendapat beasiswa S-3 di Universitas Birmingham, Inggris. Universitas itu pernah memberinya beasiswa S-2 beberapa tahun lalu.
Meskipun telah menjadi dosen di Unnes dan mau ke Inggris untuk menempuh pendidikan S-3, Raeni di mata orangtuanya masih seperti dulu.
Berikut ini adalah pengakuan Mugiyono saat ditemui oleh Kompas.com di rumahnya yang ada di Gang Apel RT 6 RW 2 No 24, Kelurahan Langenharjo, Kendal, Rabu (7/3/2018).
Ketika Kompas.com datang ke rumahnya, Mugiyono akan melakukan shalat dzuhur. Ia sudah memakai sarung, peci, dan berwudu. Ia sempat mempersilakan masuk dan kemudian berpamitan untuk shalat dahulu.
Rumah Mugiyono belum berubah meskipun anaknya sudah menjadi dosen. Rumah itu berukuran 5 meter x 14 meter, berdinding kayu, dan berubin kuno. Meja dan kursinya terbuat dari anyaman rotan.
Di dinding ruang tamu terpasang sertifikat dan beberapa foto Raeni dengan sejumlah pejabat. Tidak ada sepeda motor, hanya ada dua sepeda ontel yang diparkir di dalam ruangan itu.
"Maaf menunggu lama," kata Mugiyono sambil duduk di kursi.
Setelah itu, kakek bercucu dua dari anak pertamanya itu bercerita bahwa Raeni adalah anak yang baik. Ia bisa mengangkat derajat keluarganya. Mugiyono mengaku tidak sia-sia berkorban untuk anak nomor duanya itu.
Mugiyono mengatakan, setiap minggu, bila tidak ada kegiatan, Raeni selalu pulang ke rumah. Di rumah, ia juga mengajari anak-anak mengaji di mushala yang ada di sebelah.
"Raeni memang sejak dulu menjadi gurungaji anak-anak. Kalau pulang selalu menyempatkan diri ke mushala untuk mengajar anak-anak mengaji. Ia masih seperti dulu, sewaktu masih SMA," kata Mugiyono.
Umrah
Mugiyono mengaku, ia selalu berpesan kepada anaknya supaya jangan lupa shalat. Sebab, semua ini karena Allah. Mugiyono ingin Raeni bisa menabung untuk hari tuanya. Tidak usah memikirkan orangtuanya.
Bagi Mugiyono, melihat keberhasilan anaknya itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri.
"Tapi, bulan kemarin Raeni mengajak saya dan ibunya umrah. Saya terharu," katanya sambil menahan tangis.
Mugiyono ingin supaya Raeni tidak tergesa-gesa untuk menikah sehingga studi S-3 nya di Inggris tidak terganggu. Sebab, hal itu terkait dengan masa depan dan cita-citanya.
"Rezeki, maut, dan jodoh adalah rahasia Allah. Tapi, kami ingin kelak anak saya itu mendapat jodoh seorang lelaki yang bisa menjadi imam," harapnya.
Mugiyono mengaku bahwa Raeni anak yang tahu diri kalau ia anak orang tidak mampu. Oleh sebab itu, ia tidak neko-neko.
"Alhamdulillah, ia masih menjadi Raeni yang dulu. Tidak sombong dan menghargai orang lain," ujarnya.
Keluar dari pabrik
Perjuangan Mugiyono sampai bisa menguliahkan Raeni sangat besar. Ia dulu harus keluar dari pekerjaannya di pabrik supaya mendapat pesangon. Pesangonnya itu untuk membiayai Raeni.
"Anak saya mendapat beasiswa Bidikmisi di Unnes. Meskipun biaya kuliahnya gratis, tapi kami butuh uang untuk bayar kos dan lainnya," kata Mugiyono.
Mugiyono mengaku, sisa uang pesangon setelah untuk keperluan Raeni ia belikan sebuah becak. Becak itu digunakan untuk mencari makan karena sudah tidak bekerja di pabrik.
"Selain menjadi tukang becak, saya jaga malam di SMKN 1 Kendal," ujarnya.
Setelah itu, Mugiyono mendapat pekerjaan tambahan dari Widya Kandhi Susanti, yang saat itu masih menjadi Bupati Kendal. Ia diberi pekerjaan untuk mengantar dan menjemput anak Widya yang paling kecil.
"Sampai kini saya masih ikut Bu Widya. Tapi antar jemputnya sudah pakai mobilnya Bu Widya. Saya sudah tidak kuatnarik becak," akunya.
Sementara itu, Widya Kandhi Susanti mengatakan bahwa Mugiyono adalah seorang pekerja keras dan bertanggung jawab.
Menurut Widya, Mugiyono tidak cuma bertanggung jawab kepada keluarganya, tetapi juga pada pekerjaan.
"Alhamdulillah, anaknya bisa berhasil di bidang pendidikan. Mugiyono juga rendah hati sehingga semua orang suka, termasuk saya," kata Widya.
Mugiyono, seperti yang telah diberitakan bersama anaknya, Raeni, menjadi perhatian para keluarga wisudawan dan puluhan wartawan, Selasa (10/6/2014).
Ia mengantar anaknya, Raeni, dari tempot kosnya dengan becak. Tidak cuma itu, Raeni juga berhasil menjadi wisudawati terbaik di Unnes. Atas prestasinya itu, ia mendapat tawaran beasiswa di berbagai perguruan tinggi.
Hingga akhirnya Raeni memilih Universitas Birmingham Inggris sebagai tempat belajar S-2-nya. Kini, Raeni akan berangkat kembali ke universitas itu untuk menempuh pendidikan S-3.
Demikian artikel tentang Anak Pengayuh Becak yang Mendapatkan Beasiswa S3 di Inggris ini dapat kami sampaikan, semoga artikel atau info tentang Anak Pengayuh Becak yang Mendapatkan Beasiswa S3 di Inggris ini, dapat bermanfaat. Jangan lupa dibagikan juga ya! Terima kasih banyak atas kunjungan nya.